Saat lisan banyak berucap, hati terasa kelu

Saat Lisan Banyak Berucap Hati Terasa Kelu

Ħăiii˚… Kita sering kali diingatkan orang tua atau teman saat berbicara. Lidah tidak bertulang. Ah, itu mah sudah tahu semuanya. Lidah memang begitu adanya. Kalau bertulang bakal bikin kita susah makan dan ngobrol. Mulut kaku jadinya. Duh ngebayanginnya jadi nggak nyaman. Padahal maksudnya kita perlu berhati-hati saat lisan banyak berucap. Kenapa? Tidak sedikit kejadian yang terduga akibat lisan yang tak terkontrol. Sejenak menelusuri ebook yang bisa menjadi pengingat kita. 

Judul             :  60 Bahaya Lisan

Penulis          :  Uwes Al Qorni

Penerbit        :  Remaja Rosdakarya

Cetakan        :  Enam, Oktober 2005

Tebal             :  165 halaman

ISBN             :  979-514-825-7

Saat Lisan Banyak Berucap

Sudah beberapa hari ini, tetangga baru di sebelah rumah jadi sorotan waktu ibu-ibu belanja di mbak sayur langganan. Ada yang bilang kalau suaminya suka pulang malam terus rumah terdengar teriakan. Si empunya rumah juga jarang kelihatan. Akhirnya banyak dugaan seputar keluarga baru itu. 

Di sebuah perkantoran, terlihat Ina mendekati Amel yang sedang duduk di kursi kerjanya. Awalnya Ina menghampiri untuk menyapa sesaat, tetapi ternyata ada topik menarik yang membuatnya tetap berlama-lama di sana. Saat Wina lewat, jelas terdengar apa yang sedang mereka bicarakan. Dia menoleh dan mengatakan, “Huss … Hati-hati volumenya. Nanti terdengar yang lain bisa berabe.” Mendengar peringatan itu, Amel dan Ina akhirnya berhenti dan kembali melakukan pekerjaan mereka.

Kata-kata yang terucap dan tersampaikan dengan indah penuh makna tentu akan menghantarkan kehangatan bagi yang mendengarkan. Seperti ulama yang memberikan tausiyah kepada kita. Hati ini jadi terasa tentram dan tenang. Namun karena lisan tidak bertulang, maka membuat kita mudah khilaf. 

Tanpa sengaja atau benar-benar menyadari lisan menjadi tidak terkontrol. Mengucapkan kata yang berlebihan, bahkan ada yang melampaui batas. 

“Rasulullah bertanya kepada sahabat, “Amal apakah yang paling dicintai Allah?” Para sahabat terdiam dan tidak menjawab. Kemudian.Rasul bersabda, Amal tersebut adalah menjaga lisan.” (HR. Imam Baihaqi)

Menjaga lisan saat berkomunikasi

Dampak Lisan Tidak Terkontrol

Tanpa disadari lisan mampu menunjukkan bagaimana suasana hati seseorang. Lisan yang pembicaraannya kaku, kurang bergairah juga tidak terarah menggambarkan bagaimana kondisi dirinya. 

Begitupun dengan lisan yang fasih, penuh percaya diri menggambarkan kondisi hati yang semangat dan tenang. Tak jauh berbeda saat lisan banyak berucap, seolah kita tak menyadarinya. Namun setelah berakhir, terasa ada yang mengganjal. Ada rasa penasaran atau bahkan menyesal. 

Penasaran karena ingin tahu lebih detail tentang topik yang sedang dibicarakan. Dampaknya bisa memberikan efek yang kurang baik seperti menjelekkan seseorang, mengungkap aib, menyebarkan cerita yang belum jelas kebenarannya dan akibat lainnya. 

Ebook ini menjelaskan jelas dan detail akan dampak bisa terjadi saat lisan tidak terkontrol dalam bertutur kata. 60 bahaya lisan dijabarkan satu persatu dengan kalimat yang mudah di mengerti. Bahaya lisan antara lain :

  • Ghibah,
  • Berbohong
  • Namimah (ucapan fitnah)
  • Li’an (memvonis seseorang dengan ucapan yang kurang baik)
  • Salah berucap
  • Melontarkan kalimat kufur
  • Menyindir seseorang
  • Mengumpat
  • Sikhriyyah (menghina atau mencemooh orang lain)
  • Sibabah (mencela atau mencerca)
  • Mujadalah (adu argumen)
  • Khusumah (perang mulut) dan bahaya lainnya. 

Kontrol diri dalam menjaga lisan tentu penting dilakukan, terlebih saat lisan banyak berucap sehingga hati terasa kelu. Tidak hanya untuk melindungi diri, tetapi berusaha menjadi insan yang lebih baik lagi. Rasulullah saw. bersabda,

“Apabila anak Adam mulai beramal di pagi hari, seluruh anggota tubuh mempercayakan lisan (agar berhati-hati). Mereka berpesan, “Wahai lisan, bertakwalah kepada Allah dalam membawa kami. Kami bergantung kepadamu. Jika kamu lurus, kami pun lurus. Jika kamu bengkok, kami pun bengkok.” (HR. Turmudzi)

Dibalik banyak kelebihan dari ebook ini, saya sedikit merasa kurang nyaman saat membacanya karena tampilannya agak berbayang. Tentu akan lebih terasa nyaman jika menyimaknya menggunakan buku fisik. 

Baca juga :

Penutup

Saat lisan banyak berucap, hati terasa kelu karena tidak sanggup menahan kendali. Saat membaca ebook ini, saya langsung melakukan koreksi diri. Berharap kesalahan yang sudah dilakukan bisa segera diperbaiki untuk menjadi insan yang lebih baik lagi. 

Ulasan yang disampaikan dengan jelas dalam ebook ini mampu membuka mata bahwa dampak lisan yang tak terkendali cukup banyak dan bisa memberikan efek kurang baik terhadap diri sendiri juga orang disekitar kita. Semoga kita mampu terus berbenah dengan memperbaiki kesalahan yang sudah diperbuat dan meningkatkan kemampuan diri dengan mengikuti ajaran Rasulullah saw. InsyaAllah. 

Salam,

Share the article :