Siapa yang tak mengenal sastrawan Pramoedya Ananta Toer? Di tengah kondisi negara yang sedang berjuang melawan penjajah dan meraih kemerdekaan, hadir seorang Pramoedya Ananta Toer. Sosok yang begitu kerakyatan dengan hasil karya yang luar biasa.
Sebelum membaca buku Biografi Pramoedya Ananta Toer, saya begitu penasaran dengan karya sastranya yang sangat dikenal yaitu Bumi dan Manusia. Karenanya, saya mencoba untuk menyelami dahulu bagaimana sosok Pramoedya Ananta Toer ini melalui biografinya. Buku setebal 299 halaman, dengan penulis Muhammad Rifai, mampu memberikan gambaran bagaimana keberadaan beliau dalam kancah dunia sastra.
Ditengah pergolakan negara, Pramoedya Ananta Toer mampu terus berdiri dan merangkai banyak karya untuk menunjukkan bagaimana kondisi yang dialaminya saat itu. Jeruji besi pun tak mampu menghalangi tulisan tangannya untuk terus maju melawan kondisi yang terjadi. Tak sedikit hasil karyanya yang dianggap menyimpang dan dibumihanguskan. Namun semangatnya mampu terus berkobar hingga maut menjemput. Berikut beberapa hal yang menarik dari sosok Pramoedya Ananta Toer :
1. Lahir di kota Blora. Sebuah kota kecil yang ada di Jawa Tengah. Meski demikian, dari kota kecil ini pula, banyak terlahir tokoh-tokoh besar yang mempunyai peran besar di negeri tercinta, Indonesia ini. Sebut saja Mpu Baradha, Aria Penangsang, Samin Surontiko, Jenderal Ali, dll.
Tidak hanya itu saja, kota Blora juga dikenal semangat perjuangannya melawan pajak dimasa penjajahan Belanda. Yaitu gerakan masyarakat Samin, yang mampu mengobarkan jiwa perjuangan sehingga menginspirasi gerakan swadesi Mahatma Gandhi. Penduduk yang mayoritas petani, mampu melawan tekanan penjajahan yang telah membuat kondisi masyarakat kala itu terus terjepit dan merana.
2. Berasal dari keturunan penulis. Yaitu beradal dari ayahnya, Mastoer, yang merupakan seorang guru dan pernah menjadi kepala sekolah di institut Budi Oetomo juga aktivis PNI cabang Blora.
Terlihat bagaimana kesukaan menulis Pram sejak kecil, dilakukan untuk menyampaikan semua yang dirasakannya, tekanan juga keprihatinannya.
3. Terlahir sebagai anak pertama. Ibunya selalu memberikan semangat hidup padanya. Pesan yang disampaikan ibu dan terus terkenang adalah “jadilah orang bebas, jadi tuan atas diri sendiri, allround, bisa segalanya, tidak jadi budak orang lain, juga tidak memperbudak. Jangan sampai jadi beban orang lain, juga jangan menerima beban tanpa guna”.
4. Sejak kecil punya jiwa yang berbeda. Menurut Ki Panji Komang, sahabat Pram waktu kecil, sejak masih kecil saja, Pram sudah menunjukkan kepintarannya mengumpulkan teman, banyak akal, dan berani mencoba apapun dalam segala hal. Karena prinsip hidup Pram adalah “jika kamu tidak obah-polah, tidak akan bisa mamah-makan.” Artinya, kita harus berani mencoba, berusaha keras dan penuh semangat. Semua itu bermula dari coba-coba dahulu, hingga nantinya ketemu tempat tujuannya, merasakan hasil dan takdirnya dalam menjalani hidup didunia.”
5. Warisan yang beliau tinggalkan untuk anak bangsa yaitu hasil karya sastra yang mencerminkan perjuangan dan pemikiran kemanusiaannya.
“Oh anakku, sudah berkali-kali kukatakan: belajarlah berterima kasih, belajarlah bersyukur. Bersyukur pada segala apa yang ada padamu, yang kau dapatkan kau telah berikan. Impian takkan ada habis-habisnya.” ~ Pramoedya Ananta Toer ~
6. Sumber pemikiran dan penulisan Pramoedya Ananta Toer berdasarkan dari pengalaman yang dialaminya yaitu ketika penjajahan mencengkeram bangsa Indonesia, berupa kekejaman, kejadian mengerikan juga kekerasan tanpa ada rasa kemanusiaan baik terhadap rakyat juga keluarga dan dirinya sendiri.
Ayahnya yang menjadi guru mengalami lumpuh dan tidak bisa produktif lagi. Keluargapun jadi menderita dan sengsara karena ayah sebagai tulang punggung keluarga tidak dapat memenuhi kebutuhan.
7. Pram memiliki jiwa yang prinsipil dan emosionil, tetapi dibalik itu, beliau begitu mengagungkan kebebasan berpendapat dan siap berhadapan dengan siapapun yang menghadangnya.
8. Karya Pramoedya yang menjelaskan mengenai sosok perempuan menempati posisi yang agung, sebagai pelindung dan penjaga agar kehidupannya mampu memberikan semangat untuk semua anggota keluarga. Sosok nenek dan ibu yang menjadi inspirasinya, bahwa di kala kondisi susah, keduanya mampu terus memberikan sinar, tidak patah arang. Begitupun sosok Kartini, yang menjadi cerminan dalam perjuangan hidupnya. Karyanya Panggil Aku Kartini Saja.
“Orang-orang Belanda itu menertawakan dan mengejek kebodohan kami, tetapi kalau kami mencoba maju, kemudian mereka bersikap menentang terhadap kami.” ~ Pramoedya Ananta Toer ~
9. Kehadiran Pramoedya sebagai seorang sastrawan besar bukan hanya di pandang di negeri Indonesia saja, tetapi juga dunia. Sepak terjangnya bukan hadir dngan sendirinya, tetapi juga bagian dari kerja keras selama perjalanan kehidupannya.
10. Jeruji besi yang membelenggunya selama beberapa tahun tidak membuatkan putus asa dalam membuat hasil karya-karya. Meski ada hasil karyanya yang hilang ataupun terbuang, tulisannya terus mengalir dengan deras.
Salam semangat.
Share the article :