Zero Waste Lifestyle Indonesia, Yuk Bersama Mengurangi Emisi Gas Rumah Kaca dengan Pemilahan Sampah Rumahan

Kapan ya zero waste lifestyle Indonesia bisa benar-benar terealisasi? Ada apakah gerangan, kok tiba-tiba tentang zero waste. Jadi beberapa hari yang lalu sewaktu belanja, ada seorang pengendara motor yang dengan santainya membuang minuman kemasan begitu saja di pinggir jalan. Duh, rasanya jadi geregetan. Tega sekali sampah dibuang sembarangan begitu saja. Masa sih dia nggak tahu risikonya.

Perubahan iklim yang sekarang terjadi adalah salah satu dampak dari sampah yang ada disekitar kita. Belum lagi gelombang panas yang kita rasakan dalam beberapa tahun terakhir ini. Tahun 2020 merupakan tahun terpanas yang kita alami. Suhu yang tinggi tidak hanya membuat kita merasa kurang nyaman, dampak lain yang ditimbulkan meningkatnya penyakit, terjadi kebakaran hutan dan mudah menyebar. 

Sumber : zerowaste.id
Sumber : zerowaste.id

Dampak Mengurangi Emisi Gas Rumah Kaca

Saat sedang berada di luar rumah kita merasakan bagaimana kondisi udara yang ada disekitar. Polusi dari asap pembakaran sampah atau kendaraan tidak dipungkiri membuat udara menjadi tercemar. Emisi karbon inilah yang menjadi kontributor perubahan iklim didukung pula oleh emisi gas rumah kaca. Emisi gas karbon dioksida sendiri berasal dari : 

  • Pembangkit listrik tenaga fosil
  • Kendaraan motor tenaga fosil
  • Pembakaran hutan
  • Pembakaran sampah, juga
  • Kegiatan industri

Berdasarkan Databoks.katadata tahun 2021, Indonesia berada di urutan kelima sebagai negara penyumbang emisi terbesar di dunia, setelah Amerika, Cina, Rusia dan Brasil. Negeri hijau yang dijuluki zamrud khatulistiwa ini mengalami deforestasi sejak akhir abad ke-19 dan berlanjut ke abad-20, yaitu dengan penebangan kayu, perluasan perkebunan kelapa sawit, meningkatnya pemanfaatan tanaman komersial juga untuk peternakan hewan.

“Langkah terbaik untuk meminimalkan emisi karbon dari sistem pengelolaan sampah adalah pengurangan produksi dan konsumsi plastik serta pencegahan sampah organik, khususnya sampah makanan”  ~ David Sutasurya, Steering Committee dari Aliansi Zero Waste Indonesia

Buanglah Sampah Pada Tempatnya 

Ada sebuah pertanyaan, apakah tagline buanglah sampah pada tempatnya,  sudah benar-benar efektif? Bagi yang memahami dan menyadari tentang sampah, memang efektif. Namun sebaliknya, jika tidak menyadari maka tidak memberikan efek apapun setelah membaca peringatan tersebut. Salah satunya pengendara motor itu.

Padahal sedari dini, kita sering kali diingatkan orang tua untuk selalu membuang sampah pada tempatnya. Setelah beranjak dewasa seharusnya kebiasaan tersebut sudah mengakar, tetapi nyatanya tidak semua orang bisa melakukan hal tersebut. 

“Pengelolaan sampah yang baik merupakan solusi perubahan iklim yang nyata ada di depan kita. Solusi tersebut tidak membutuhkan teknologi yang mahal dan megah – hanya membutuhkan perhatian lebih pada apa yang kita produksi dan konsumsi, dan bagaimana kita mengelolanya ketika sudah tidak bisa dimanfaatkan,” ~ Dr. Neil Tangri (tim penulis dari Global Alliance for Incinerator Alternatives (GAIA))

Bandung-Zero-Waste-Cities
Sumber : www.ypbb.web.id

Kenapa sih begitu besar perhatian kita dengan sampah, bukannya tinggal buang di TPA? Betul banget, tetapi sebenarnya tidak hanya sampai di situ saja terus langsung beres. 

Sampah merupakan hasil buangan produk yang sudah tidak terpakai atau sisa dari produk olahan. Sampah terbagi menjadi 3, yaitu :

  1. Organik adalah sampah yang mudah membusuk dan terurai, seperti sisa makanan, potongan sayuran dan buah, kotoran hewan, dsb.
  2. Non-organik yaitu bahan yang sulit terurai, misalnya plastik kemasan, kaleng, botol kaca, dll.
  3. Sampah berbahaya atau Bahan Bahaya dan Beracun (B3). Sampah ini berupa cairan pembersih, pengharum ruangan, batu baterai, dll. Sampah berbahaya ini jika dibuang sembarangan tentu mengganggu kesehatan manusia dan lingkungan. 

Berproses untuk Zero Waste Lifestyle Indonesia

Apa sih zero waste itu? Yaitu usaha untuk mengurangi dan mengeliminasi sampah dalam kehidupan sehari-hari. Bagaimana mungkin, karena setiap harinya kita sudah terbiasanya dengan berbagai produk kemasan. Mengurangi penggunaan produk kemasan bukan berarti kita langsung menghindarinya, tetapi bisa dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan. 

Misalnya mengurangi penggunaan plastik yang diganti dengan reusable bag atau tas belanja ramah lingkungan, membawa botol minum sendiri, memakai sedotan stainless steel, mengurangi penggunaan kertas, dsb. Bentuk lain yang bisa kita lakukan adalah dengan memilah dan mengolah limbah sampah sesuai dengan jenisnya.

Pengelolaan limbah sampah bisa dilakukan dengan menerapkan prinsip 5R, yaitu : 

  • Reuse yaitu mengelola sampah dengan menggunakan kembali sampah secara langsung, disesuaikan dengan fungsi yang masih sama maupun berbeda. 
  • Reduce adalah pengurangan segala kegiatan yang dapat menimbulkan sampah. 
  • Recycle yaitu melakukan daur ulang atau memanfaatkan kembali sampah dengan melakukan beberapa tahapan pengolahan.
  • Refuse adalah sebisa mungkin menolak menggunakan produk yang dapat menimbulkan sampah.
  • Rot dengan membusukkan sampah yang dapat dimanfaatkan menjadi kompos.  

Membentuk kesadaran masyarakat dalam pengolahan sampah menjadi zero waste lifestyle membutuhkan dukungan banyak pihak. Kota Bandung menjadi pionir dalam menggagas pemilahan dan pengolahan sampah, khususnya pada sampah organik secara terdesentrasi melalui program Kang Pisman. 

Tercatat sudah ada 6 kota dan 1 kabupaten utama yang telah melakukan zero waste cities dibawah naungan Yaksa Pelestari Bumi Berkelanjutan (YPBB), yaitu Kabupaten Bandung, Kota Cimahi, Sumedang, Karawang, dan Purwakarta. Selanjutnya menyusul kota dan kabupaten lainnya di Indonesia dengan adanya sinergi dari banyak pihak. Hingga nantinya zero waste lifestyle Indonesia terwujud. 

Zero Waste Lifestyle yang Dapat Dilakukan 

Jadi ingat tausiyah KH. Abdullah Gymnastiar yang dikenal dengan Aa Gym. Untuk sebuah perubahan, mulailah dari diri sendiri, mulai dari yang terkecil dan mulai saat ini.  

Setujukan melakukan zero waste lifestyle demi menjaga keasrian lingkungan, melindungi bumi, dan untuk kesehatan kita bersama juga. Iya sih, perubahan dilakukan dari diri sendiri dulu, kemudian keluarga, lingkungan, teman dan nantinya mengajak lebih banyak orang lagi. 

Beberapa langkah sederhana untuk membentuk zero waste lifestyle yang dapat dilakukan, antara lain : 

1. Mengurangi Penggunaan Kantong Plastik

Saat ini beberapa tempat perbelanjaan mulai mengurangi pemberian kantong plastik. Pembeli akan ditanya ingin pakai kardus atau membawa wadah sendiri. Bila tidak ada keduanya maka kantong plastiknya akan dikenakan biaya. Praktisnya sih, bawa reusable bag sendiri. Jadinya kemanapun kita pergi, reusable bag selalu siap dalam tas. 

2. Memanfaatkan Barang yang Tidak Terpakai

Cek lagi deh, barang apa yang ada di rumah yang bisa dimanfaatkan tanpa harus membeli. Ya, dengan mengolahnya menjadi barang baru. Misalnya baju yang tidak digunakan bisa didesain jadi celemek, atau reusable bag. Kardus pun bisa dimanfaatkan menjadi wadah yang bermanfaat seperti untuk tempat buku, tas atau kotak penyimpanan yang menarik. 

3. Think Before You Buy It

Sering tergoda dengan keinginan impulsif saat lihat model baju, tas, elektronik atau pernak pernik cantik. Wajar banget sih, tetapi ada baiknya dipikirkan dulu, ini sebuah keinginan semata atau memang kebutuhan. Salah satu prinsip zero waste lifestyle adalah kesederhanaan dengan membeli sesuai kebutuhan. 

4. Membeli Makanan dan Bahan Makanan Secukupnya

Negeri kita kaya akan hasil kuliner. Selalu ada saja inovasi kuliner yang bikin kita tergiur. Aplikasi pendukung juga semakin memudahkan dan memanjakan kita. Hanya tinggal klik-klik, makanan yang diinginkan sudah datang. Membeli boleh saja, tetapi disesuaikan dengan porsi kesanggupan dan tidak berlebihan. 

Bisa juga dengan mengolah makanan sendiri yang tentu lebih terjaga kesehatannya. Bahan makanan disimpan sebaik mungkin untuk menjaga ketahanannya dan tidak mudah busuk. Bila ingin membeli langsung, usahakan membawa wadah makanan untuk menampung makanan yang tersisa. Bisa juga menempatkan makanan yang dibeli dalam wadah sendiri. 

5. Memisahkan Sampah Organik dan Anorganik

Limbah sampah rumah tangga bisa dipisahkan berdasarkan jenisnya, organik, anorganik juga bahan berbahaya. Nantinya akan membantu petugas sampah dalam pengelolaannya. 

Bisa juga kita memanfaatkan sendiri sampah organik rumah tangga tersebut. Misalnya membuat kompos, sisa sayuran dibuat eco enzym seperti kulit bawang merah, sisa buah-buahan, dan kulit telur dimanfaatkan untuk pupuk tanaman. 

Penutup

Zero waste lifestyle Indonesia dapat terwujud dengan adanya pemahaman, kesungguhan niat dan disiplin. Bukan berarti kehidupan kita harus benar-benar zero waste atau no sampah, tetapi melakukan perubahan dalam kehidupan sehari-hari dengan satu langkah kecil yang memberikan kebermanfaatan untuk menjaga bumi kita. 

Mulai dari diri kita sendiri sejak saat ini yaitu dari hal yang mudah dilakukan sehari-hari kemudian berkelanjutan. Zero waste lifestyle menjadi prinsip hidup yang terus berproses dan bila sudah ditularkan pada orang di sekitar kita, maka akan membuahkan hasil dikemudian hari.

Salam, 

 

Sumber : 

  • https://www.ypbb.web.id/
  • https://www.kompas.com/skola/read/2022/06/03/112915769/5-penghasil-emisi-gas-karbon-dioksida-yang-mendorong-pemanasan-global?page=all
  • https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/11/10/10-negara-penyumbang-emisi-karbon-terbesar-di-dunia-ada-indonesia
  • https://zerowaste.id/knowledge/jawaban-dari-masalah-sampah-di-indonesia/
Share the article :