Monster Pengganggu Ekosistem Laut

Monster Pengganggu Ekosistem Laut

Hai semua … Benarkah ada monster pengganggu ekosistem laut? Saat pandemi ini rasanya kita ingin bisa segera melakukan destinasi dan salah satu tempat yang ingin dikunjungi adalah menikmati kesegaran dan teduhnya pemandangan biru di lautan. Tak lengkap juga rasanya kalau kita tidak ikut membasahi diri untuk merasakan sentuhan air yang menyejukkan itu. Uuuh segarnya.

Lautan terhampar luas di muka bumi ini dan jumlahnya memang lebih banyak daripada daratan yaitu sekitar 70% dari luas permukaan bumi. Karenanya banyak hasil laut yang dapat kita kelola dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Namun sudahkah kita berbuat sebaik mungkin untuk menjaga kelestariannya?

Keindahan bawah laut.

Kondisi ekosistem laut

Jauhkan monster pengganggu ekosistem laut agar kondisi laut tetap terjaga. Tak diragukan lagi bahwa laut mempunyai daya tarik yang sangat kuat bagi siapapun yang melihatnya. Tak hanya bagian permukaan yang akan tersentuh, tetapi dasar laut juga menjadi magnet yang begitu memukau. Biota laut dengan segala keindahannya membuat kita ingin menyentuh ataupun mengabadikan panorama indahnya agar dapat menjadi kenangan, sehingga banyak cara dilakukan.

Ada yang merusak terumbu karang, mengambil ikan-ikan yang memiliki bentuk dan warna yang cantik, atau membuat jaring sehingga penyu-penyu menjadi terjebak kedalamnya. Lalu bagaimana kita menjaga kelestarian biota laut jika apa yang kita lakukan saja sudah merusak ekosistem yang ada?

Pandemi yang berlangsung sejak awal tahun 2020 membuat kita mengalami perubahan. Destinasi wisata yang biasanya bebas dilakukan kapanpun, terhenti sampai beberapa bulan karena kita dihimbau untuk memutus rantai penyebaran virus Covid-19 dengan di rumah saja. Hal ini ternyata memberikan dampak positif terhadap keberlangsungan hidup ekosistem laut.

Githa Anathasia selaku Pengelola Kampung Wisata Arborek dan CEO Arborek Dive Shop Raja Ampat, Papua Barat, menyampaikan bahwa terhitung sejak pandemi kondisi ekosistem laut di Raja Ampat menjadi jauh lebih baik. Air menjadi lebih jernih sehingga sirip ikan hiu pun dapat terlihat juga dari kejauhan.

Monster Pengganggu Ekosistem Laut

Monster dan ekosistem laut   

Pernahkah terbayangkan kalau apa yang kita lakukan saat berwisata ada yang menimbulkan kerugian buat alam? Selayaknya alam dan isinya diciptakan untuk memberikan kemakmuran bagi semua makhluk hidup karena kehidupan ini memang saling bersinergi.

Namun, tidak sedikit tangan-tangan jahil yang berbuat kerusakan pada alam, seperti membuang sampah sembarangan, membuat corat coret di batang pohon, batu, ataupun tembok juga rusaknya tanaman akibat dipatahkan, diinjak. Padahal semua makhluk perlu dijaga kelestariannya agar bisa terus tumbuh dan berkembang biak sehingga bisa terus dinikmati keberadaannya dalam menjalani kehidupan ini.

Peneliti Pusat Penelitian Oseanografi (P2O) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) M. Reza Cordova, menyampaikan fakta mengenai kondisi ekosistem laut yang semakin tercemari dengan adanya mikroplastik. Jumlah mikroplastik yang ada di laut Indonesia sama seperti di Samudra Pasifik dan Laut Mediterania yaitu di kisaran 30 sampai 960 partikel/liter.

Monster Pengganggu Ekosistem Laut
Sampah yang menumpuk di pesisir laut. Foto : kkp.go.id

Jumlah mikroplastik yang semakin meningkat dipengaruhi oleh penggunaan kita juga dalam kehidupan sehari-hari.  Kadar yang meningkat ini tentunya akan membuat ekosistem laut menjadi terganggu, tidak hanya mempengaruhi ikan dan makhluk yang ada didalamnya, tetapi juga bisa merimbas pada kita yang nantinya mengonsumsi hasil laut ini.

Mikroplastik ini layaknya monster yang akan sedikit demi sedikit menggerogoti isi laut sehingga biotanya menjadi rusak dan tak bisa berkembang biak dengan baik.

Foto : Desain by Canva

Perubahan iklim terhadap ekosistem laut

Perubahan iklim yang saat ini kita dirasakan sebenarnya juga memberikan pengaruh bagi ekosistem laut. Terjadinya perubahan suhu air laut membuat tumbuh kembang terumbu karang menjadi terganggu, bahkan rusak dan tidak bisa berkembang kembali.

Tidak hanya terumbu karang yang menjadi rusak, tetapi juga plankton, ekosistem mangrove dan lainnya. Ya, biota laut semua menjadi korban akan perubahan iklim ini.

Hari Laut Sedunia tgl 8 Juni lalu dengan tema “Inovasi untuk Laut Berkelanjutan” semoga menjadi pembuka akan kepedulian kita semua bahwa laut merupakan bagian terluas di dunia ini dan kita semua perlu menjaga kelestariannya dengan tindakan sebaik mungkin. Laut perlu terus di jaga agar pemandangan nan indah dapat selalu kita nikmati.

 

Pandemi membuat laju gerak kita menjadi berkurang, tetapi ternyata mampu memberikan dampak positif bagi kelangsungan ekosistem laut, seperti :

  • Boita laut mengalami perkembangan yang jauh lebih baik.
  • Limbah industri berkurang jauh.
  • Pemurnian lautan karena pasang surut jadi lebih baik.
  • Mangrove mudah melakukan proses rehabilitasi.

Kita sangat bergantung akan semua kekayaan alam dan sekitarnya, maka kepedulian akan alam ini perlu kita jaga sebaik mungkin. Lautan, gunung dan alam sekitarnya memberikan banyak manfaat untuk kita semua. Semoga semakin hari kita semakin mampu menjaga semua ini dengan sebaik-baiknya. Aamiin.

 

Saya sudah berbagi pengalaman soal perubahan iklim. Anda juga bisa berbagi dengan mengikuti lomba blog “Perubahan Iklim” yang diselenggarakan KBR (Kantor Berita Radio) dan Ibu-Ibu Doyan Nulis (IIDN). Syaratnya, bisa Anda lihat di sini (beri link artikel persyaratan ini) 

Salam,

 

Sumber :

  • www.kkp.go.id
  • www.mongabay.co.id
Share the article :

13 komentar untuk “Monster Pengganggu Ekosistem Laut”

  1. Iya ya merawat biota laut itu juga penting untuk kita yang mengkonsumsinya juga. Bayangin kalo kita nemu ikan dalemnya ada racun, plastik dll.

  2. aplg kan terumbu karang klo gak tau cara pegang atau merawatnya bisa mati.,sdgkn terumbu karang itu perlu brthn2 smpe berpulu2 thn utk bisa jadi terumbu karang yg gede bgt..

  3. Pengolahan limbah plastik juga harus dintingkatkan minimal mengurangi ya .. sedih banget kalau lihat acara tivi yang hewan hewan sampai kena nyangkut plastik

  4. Sisi positif dari pandemi yang memaksa manusia membatasi pergerakannya ya: alam menjadi lebih bersih. Nggak cuma air tapi juga udara. Semoga manusia sadar nih kalo salama ini udah terlalu sering merusak alam :'(

    1. Betul Mbak. Ini jadi hikmah tersendiri buat kita.
      Alam ternyata banyak memberikan pengingat, tapi kita sering kali tidak menyadari kondisi yang ada.

    1. Diantara kita masih ada yang kurang aware akan kebersihan lingkungan Mbak, jadi sampah plastik masih terlihat di lautan.
      Namun, pandemi ini sampah itu jadi berkurang sih.

Komentar ditutup.