Apa kabar Bunda? Sudah beberapa minggu ini saya beberapa mendapatkan kabar yang menyedihkan. Ada teman dan anaknya yang sakit DBD, tetangga yang anaknya meninggal karena sakit DBD dan saudara Balita yang juga mengalami DBD. Ya, demam berdarah. Lalu saya coba cari tahu mengenai kasus ini disalah satu rumah sakit tempat saudara saya bekerja.
Ternyata saat ini rumah sakit memang banyak menangani kasus DBD, hingga saat saudara saya yang Balita ingin di rawat dengan kondisinya yang sudah lemah dan trombosit menurun, kesulitan mendapatkan kamar, karena penuhnya semua ruang perawatan. Di tengah kondisi saat ini, terjadi pandemi virus Corona, tim medis juga dihadapkan dengan meningkatnya kasus demam berdarah.
Gejala dan Fase dalam Demam Berdarah Dengue
Demam berdarah atau demam berdarah dengue (DBD) disebabkan oleh virus dengue yang masuk ke dalam tubuh kita melalui gigitan nyamuk Aides aegypti dan Aides Albopictus. Gejala umumnya ditandai dengan terjadinya demam hingga beberapa hari, nafsu makan menurun, muntah, sakit kepala, sakit tenggorokan.
Demam berdarah dapat mengakibatkan kerusakan dan kebocoran pembuluh darah juga menurunnya kadar trombosit tubuh sehingga membutuhkan penanganan cepat. Umumnya jumlah trombosit normal dalam darah adalah 150.000 – 400.000 per microliter (mcl), tetapi rentang jumlah tersebut bisa berbeda pada setiap orang karena berbagai hal. Ada 3 fase yang dialami oleh penderita DBD, yaitu fase demam, fase kritis dan fase pemulihan.
Setiap fase membutuhkan pemantauan bagaimana perubahan kondisi pasien dengan melakukan pengecekan darah untuk memastikan kadar trombosit dalam darahnya. Pemantauan ini terus dilakukan hingga kondisi pasien kembali stabil.
Fase demam, sering kali tidak disadari oleh para orang tua karena beberapa penyakit juga ditandai dengan demam, didukung juga dengan usia anak yang masih kecil sehingga belum mampu menjelaskan apa yang dirasakannya. Namun, ada gejala yang berbeda dari demam dengue ini, seperti mual, muntah, sakit kepala, nyeri otot, nyeri sendi, nyeri perut, diare dan ruam kulit. Bila gejala pendukung sudah terlihat, maka sebaiknya anak segera dibawa di rumah sakit untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
Fase kritis dimana suhu tubuh terasa menurun sebenarnya menjadi fase yang berbahaya. Karena bila pemantauan tidak dilakukan atau penanganan terhadap pasien terlambat dilakukan sehingga terjadi perdarahan dan kebocoran plasma darah maka pasien dapat memiliki resiko yang lebih besar.
Yaitu dapat mengakibatkan terjadinya dengue shock syndrome (DSS) yang ditandai dengan penurunan tekanan darah yang cukup drastis serta terjadi perdarahan pada kulit, hidung juga gusi. Kondisi ini menjadi terasa berat untuk tertangani sehingga berakibat fatal bagi pasien.
Pencegahan Demam Berdarah
Setelah mengetahui bagaiamana demam berdarah, maka kita perlu melakukan pencegahan sejak dini dengan melakukan langkah 3M :
- Menguras tempat penampungan air secara teratur, karena nyamuk ini berkembang biak di air yang bersih.
- Menutup rapat tempat air.
- Membuang wadah yang kemungkinan menjadi tempat penampungan air dikala hujan.
Nah, saat anak-anak sedang tidur atau bermain, ada baiknya Bunda memberikan minyak anak untuk menghindari gigitan nyamuk Aides aegypti dan Aides Albopictus karena nyamuk ini ada di sekitar kita. Nyamuk ini akan menggigit kita di waktu pagi hingga sore. Hal lain yang dapat Bunda lakukan antara lain :
- Menggunakan kelambu saat tidur.
- Tidak mengenakan pakaian yang ketat karena nyamuk dapat menembusnya, tetapi kenakan pakaian yang longgar.
- Tidak menggantung pakaian.
- Menaburkan bubuk abate untuk menghindari perkembangbiakan nyamuk atau rutin menguras.
- Memasang kawat anti nyamuk ditempat tertentu.
- Mengatur sirkulasi dan pencahayaan ruangan.
- Menanam tanaman yang mampu mengusir nyamuk, seperti lavender.
Di tengah kondisi yang saat ini sedang terjadi, pandemi Covid-19, kita juga perlu mewaspadai kondisi di sekitar kita. Hujan yang terus mengguyur, membuat kita perlu berhati-hati dengan menghindari dan menjauhi tempat-tempat yang menjadi genangan air sehingga membuat nyamuk Aides aegypti dan Aides Albopictus mudah berkembang biak. Tak hanya bagian luar rumah saja, tetapi juga memperhatikan kondisi di dalam rumah. Tindakan 3M dan upaya pencegahan lain akan membuat kita terhindar dari gigitan nyamuk ini.
Salam.
Referensi : alodokter.com
Share the article :
Duh ngeri-ngeri sedap ya Bun dengar kata demam itu. Tapi sbg ibu kita meski tahu ilmunya. Jika suatu saat menemukan jadi enggak kaget. Banyak yg ulas terkait ini tp ulasan bunda lebih ngena, tqu ya
Betul Bun, terlebih saat ini kondisinya begini.
Wah mksh tips nya untuk mencegah DBD ya. Infonya detil dan bermanfaat. Makasih yaa
Alhamdulillah. Terima kasih juga sudah berkunjung.
MasyaAllah, satu lagi penyakit yang mengkhawatirkan. Teman dekat pernah ada yang kehilangan putrinya karena DBD, sedih ?. Semoga kita semua selalu diberikan kesehatan, kebahagiaan, dan keberkahan ya, Bun, aamiinn aamiin allahumma amiin ?
Saya tuh paling parno sama penyakit yang kayak DBD ini, karenanya saya selalu cerewet kalau menyangkut nyamuk.
Waktu kecil mama saya juga kayak gitu sih, bahkan kami tidurnya di dalam kelambu.
Kalau sekarang lebih ke menjaga agar nggak ada nyamuk yang masuk 🙂
DBD juga salah satu penyakit yang mematikan selain Corona. Jika kita tidak cepat melakukan tindakan, Wallahu a’lam. hanya Allah yang tahu.
semoga kita semua terlindung dari segala macam penyakit dan marabahaya. Aamiin.
Adik saya pernah kena DBD dan dirawatnya di RS lama sekali bahkan hampir sebulan, untungnya sembuh. Namun butuh pemulihan yang cukup lama juga
Proses peningkatan trombosit memang butuh waktu Mbak.
DBD memang sangat berbahaya, khususnya untuk anak2 yg rentan terserang, oleh sebab itu mencegah lebih baik, salahsatunya dg 3 M, kasian kalau menjangkiti anak atau adik kita masih kecil tapi sudah menderita 🙂
Saya ingat kejadian saudara yang demam DBD, hingga baru hari ke-4 dengan trombosit sangat rendah baru di bawa ke RS.
DBD menjadi salah satu momok yang menakutkan selain COVID-19 ya mom. Makasih sharing-nya. Sekarang bisa tahu ternyata ada gejala lain yang menyertai DBD. Pantas saja kalau lagi demam dan periksa selalu ditanya, mual enggak, batuk enggak, muntah dlsb. Ternyata untuk mendiagnosis supaya lebih akurat ya. Eh, gimana sih ini, kok saya baru kepikiran. Payah bgt!
Demam DBD dan demam virus Covid-19 memang beda, tapi karena kita sudah panik, jadi makin ketakutan dan lupa bedainnya.
DB salah satu penyakit yang juga muncul belakangan ini barengan sama covid-19. Hanya beritanya tidak terlalu heboh tertutupi dengan berita pandemi. Sama-sama harus diwaspadai.
Akhir-akhir ini korban akibat penyakit demam berdarah memang terus bertambah. Jadi ingat rumah di kampung yang padat penduduk serta nyamuknya banyak banget. Semoga kita semua selalu ingat untuk menjaga kesehatan agar korban akibat gigitan nyamuk ini tidak bertambah.
Wah iya kenapa ya mba di tengah wabah Corona ini saya dengar beberapa yang kena DBD dan jadi dicurigai kena covid 19. Sayang, kasus yang saya tahu baru2 ini DBD nya merenggut nyawa, naudzubillah min dzalik.
Terima kasih artikelnya, mba
Pada kasus DBD ada banyak orang yang “kecolongan” karena merasa lebih baik, atau bahkan sembuh setelah demam turun. Di musim peralihan ini memang sebaiknya gercep inspeksi barang-barang yang bisa menimbulkan genangan air, biar nggak jadi sarang nyamuk
Musim hujan akan membuat jentik nyamuk mudah berkembang biak, jdi kita perlu berhati-hati.
Mba Asih,, kami dulu pas anak2 masih 2 rajin banget tidur pake kelambu yg gedhe, sekarang malah ga pernah lagi, hehe… makasih sudah mengingatkan ya mba
Terima kasih Mba atas ulasannya. Jadi diingatkan kembali. Konsen ke corona lupa ancaman lain yang tak kalah bahaya.
Jaman aku masih SMP, pernah sakit DBD yang nggak terlihat gejalanya. Pada saat hidungku keluar darah, baru dibawa ke IGD dan ternyata trombosit aku sudah drop ke 38ribu 🙁 maka dari itu sekarang aku selalu waspada DBD
DBD salah satu yang perlu kita waspadai juga ya mbk sekarang ini, selain wabah corona yang baru marak banget sekarang. Hiks, semoga badai corona ini lekas pergiii-pergi jauhhhh
pernah alami DBD sampai dirawat inap kurang lebih 3 hari dan itu bikin BB aku jadi 47kg dengan normalnya 52kg sih (pas masih ribet kerja). Gejalanya nyrempet banget sama typus, dan yg bikin ga ngeh adalah aku alami pendarahan di gusi, aku kira karena sikat gigi aku terlalu kencang kali ya, eh ternyata aku kena DBD
Aku pernah banget nih kena DBD. Aku kira sakit biasa. Demamnya emang tinggi banget waktu itu. Tapi karena biasanya kalau demam juga setinggi itu, jadi nggak sadar.
Pas udah merasa sembuh, kok ya malah keluar bintik-bintik merah. Buru-buru ke dokter akhirnya. Eh, malah pingsan. Gataunya trombosit udah minimalis banget. Wow banget lah kalau inget waktu itu.
Mengingat cuaca yang seperti ini, perlu juga untuk antisipasi DBD jadi jangan terfokus sama virus yang mewabah itu aja.
Btw, pada kalimat pembuka ada pengulangan kata “beberapa” ya kak
Kalau melihat datanya, sebenarnya DBD ini lumayan bahaya juga, berapa banyak yang meninggal gara-gara penyakit ini, tetapi kadang luput dari pemberitaan.
Iya Mbak, pemahaman ini perlu diketahui banyak orang.
Semua memang tertuju ke virus Corona, padahal ada kasus DBD saat ini.