Haii… Mau review novel lagi nih dan hasil karya Tere Liye pula. Ini jadi novel ke dua yang saya review dalam dua minggu terakhir ini. Pertama novel Kau, Aku dan Sepucuk Angkao Merah dan untuk kali ini review Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin.
Kenapa pilih judul ini? Karena dari judulnya sudah bikin penasaran dan ternyata kisahnya juga menyentuh. Ooo inikah cinta. Kata orang cinta tidak berarti harus memiliki, terus kenapa jatuh cinta? Sakitkan rasanya kalau begitu.
Review Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin
Kisah ini bermula dari pertemuan Tania, Dede dan Ibunya dalam sebuah bus dengan malaikat penolong mereka. Kehadiran malaikat ini benar-benar membantu kondisi Tania dan keluarga. Kehidupan yang awalnya tidak menentu dan berada dijalanan, seketika berubah seiring dengan perjalanan waktu.
Kepandaian Tania tersalurkan dengan baik hingga dia mendapatkan beasiswa ke luar negeri. Sebuah prestasi yang tak disangka dan membuat semuanya berdecak kagum. Namun, apakah semua bisa berjalan dengan mulus dan sesuai harapan? Tentu tidak. Terlalu mudah jika kehidupan tidak mengalami lika liku, sedangkan jalanan saja punya banyak kelokan.
Dibalik kebahagian yang dirasakan Tania juga Damar, terselip hal yang tak diduga dan terus terpendam. Cinta tidak selalu berbuah kebahagiaan, ada kalanya membutuhkan perjuangan dan pengorbanan.
“Daun yang jatuh tak pernah membenci angin … Dia membiarkan dirinya jatuh begitu saja. Tak melawan. Mengikhlaskan semuanya”. ~ Tere Liye ~
Kisah Cinta yang Menggugah Hati
Baca novel ini terbilang cepat, karena kisahnya nggak mudah ditebak dan bikin penasaran. Kisah cinta memang tak pernah ada habisnya ya. Meski begitu tak membuat kita bosan membacanya, justru kisah yang mengena di hati bisa jadi inspirasi. Uups. Maksudnya bisa bikin kita melek akan kondisi yang ada disekitar kita, terus berusaha untuk memahami kondisinya.
Ada yang patah hati karena cinta, bahkan ada yang berbuat keji juga karena cinta. Sebuah perasaan terpendam yang ada dalam diri seseorang, hingga melahirkan hal yang tidak terduga. Padahal kalau saja kita mau menelaah lagi, bahwa dalam kehidupan ini kita diciptakan berpasangan, tetapi hendaknya kita juga bisa menjaga perasaan dan hati kita supaya dapat hidup baik dengan sesama hingga akhir hayat. Apa yang jadi keinginan kita tidak bisa dipaksakan ke orang lain, begitupun sebaliknya. Keterbukaan, saling menghargai dan belajar untuk mengikhlaskan jadi hal yang terpenting dalam berhubungan. Kenapa? Karena setiap insan mempunyai kekurangan juga rasa takut.
Saat hati ini suka, tetapi lawan merasa sebaliknya maka bukan pemaksaan yang kita lakukan, tetapi memahaminya dan mengikhlaskan jadi pembuka jalan terbaik. Kekerasan dan ketidakadilan akan membuat semuanya menjadi merana dan tersakiti. Noda yang akan tertinggal dan entah sampai kapan akan terkenang. Luka fisik akan mudah diobati, tetapi luka hati akan terkenang selamanya.
Novel ini tidak memberikan penegasan bagaimana kisah Tania akhirnya, tetapi tersirat makna yang mendalam dari kisah yang disampaikan. Tidak semua kisah dapat diceritakan bagaimana akhirnya, terkadang diserahkan kembali pada penilaian kita yang membaca.
Penutup
Review Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin. Cinta adalah suci. Bukan untuk dinodai ataupun menyakiti. Meski ada rasa sakit, tetapi itu hanya sementara. Waktu akan menemukan jalan terbaik selanjutnya. Kata orang “cinta akan menemukan jalannya”. Ikhlas diawal memang terasa berat, tetapi akan indah pada akhirnya.
Selanjutnya novel Tere Liye mana lagi ya yang akan saya baca, atau coba ke penulis lain dan nantinya hasil review akan diulas lagi. Nantikan review selanjutnya ya.
Salam cinta,
Share the article :
Pingback: Inilah Buku Favorit yang Mengesankan - UmmiSyifa.com