Seorang anak berusia 11 tahun di Jatiuwung, Tangerang, mengalami pelecehan seksual di sebuah minimarket yang sering dikunjungi warga, termasuk anak-anak. Terjadi pada hari Minggu, 15 Juni 2025. Sebenarnya saat itu ia sengaja datang ke minimarket bersama temannya untuk melakukan top up pada aplikasi permainan online di ponselnya.
Namun, kasir justru menawarkan top up gratis senilai Rp100 ribu jika ia mau diajak ke kamar mandi minimarket. Anak itu pun tergoda dengan tawaran yang menjanjikan tersebut. Beberapa hari setelah kejadian si anak baru menceritakan kepada orang tuanya apa yang dialami sehingga membuatnya trauma.
Menurut data Pusiknas, jumlah kasus persetubuhan atau pencabulan terhadap anak yang ditangani Polri sejak Januari hingga Selasa, 17 Juni 2025 mencapai 2.648 kasus. Dari jumlah tersebut, sebanyak 1.139 kasus terjadi di rumah, baik rumah pelaku, rumah korban, maupun rumah orang lain.

Anak dan Remaja Menjadi Korban Kekerasan Seksual
Perjanjian HAM yang dilakukan para pemimpin dunia tahun 1989 menghasilkan konvensi bahwa usia anak-anak adalah masa yang penting dan perlu dilindungi; di masa ini, anak harus diberikan kesempatan untuk tumbuh, belajar, bermain, berkembang, dan berhasil dengan terhormat.
Hal ini menjelaskan bahwa anak-anak harus mendapatkan perlindungan dan kesempatan menikmati masa tumbuh kembangnya sebaik mungkin. Namun kondisi tersebut tidak dapat sepenuhnya terjadi saat ini.

Menurut data dari Sistem Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Anak (SIMFONI-PPA), hingga Juli 2025, tercatat 15.615 kasus kekerasan, di mana kekerasan seksual menjadi bentuknya yang paling banyak terjadi, yaitu sebanyak 6.999 kasus. Sebagian besar korban adalah anak usia 13–17 tahun, dan kekerasan paling sering terjadi di lingkungan rumah tangga, yaitu sebanyak 9.956 kasus. Tempat yang seharusnya menjadi kawasan paling aman bagi anak-anak justru menjadi lokasi terjadinya kekerasan.
Anak dan remaja bisa mengalami berbagai bentuk kekerasan seksual, mulai dari sentuhan yang tidak diinginkan, dipaksa melakukan hubungan seksual, diminta menyaksikan tindakan seksual, perkawinan dini, hingga diperintahkan mengirimkan gambar atau video berisi konten seksual.
Semua itu bisa terjadi secara langsung maupun di dunia digital, yang kini makin rentan terhadap eksploitasi.
“Ketika rumah tidak lagi menjadi tempat aman bagi anak, berarti ada yang salah dalam sistem perlindungan kita. Saatnya semua pihak bertindak bersama memastikan anak-anak terlindungi. Negara harus hadir, keluarga harus lebih waspada, sekolah harus peduli, dan masyarakat juga wajib ikut menjaga. Anak-anak Indonesia berhak tumbuh dalam lingkungan yang aman tanpa rasa takut,” ujar Dessy Kurwiany Ukar, CEO Save the Children Indonesia.
Sosok Inspiratif Mariana Yunita Hendriyani Opat untuk Hak Kesehatan Seksual Anak
Mariana Yunita Hendriyani Opat adalah sosok yang memperjuangkan hak kesehatan seksual anak di Indonesia. Dengan latar belakang pendidikan yang kuat dan pengalaman luas di bidang kesehatan masyarakat serta pendidikan kesehatan, Mariana berkontribusi secara signifikan dalam kampanye kesadaran terhadap pentingnya edukasi kesehatan seksual bagi anak-anak dan remaja.
Sebagai seorang pejuang pendidikan dan kesehatan, komitmen Mariana terhadap isu ini dapat menjadi teladan bagi banyak individu yang ingin terlibat dalam upaya meningkatkan pemahaman serta akses terhadap hak kesehatan seksual, terutama pada kalangan muda.
Sebagai seorang aktivis, Mariana berperan aktif di berbagai organisasi dan lembaga yang fokus pada kesehatan anak dan remaja. Dalam perannya itu, dia menyusun program edukasi yang khusus dibuat untuk siswa di sekolah. Program tersebut memberikan informasi tentang hak-hak seksual, cara melindungi diri dari kekerasan seksual, serta dampak dari perilaku seks yang berisiko.
Selain itu, program ini juga mengajak anak-anak penyintas untuk berdiskusi dengan menciptakan suasana yang nyaman dan terbuka. Mariana menunjukkan kemampuannya berkomunikasi serta mampu membangun hubungan yang baik dengan anak-anak, sehingga membuat mereka merasa aman dan percaya diri untuk berbicara tentang masalah yang mereka alami.

Tantangan yang Dihadapi Mariana Yunita
Memberikan pemahaman tentang hak kesehatan seksual anak dan menjalankan program-program yang ingin dilakukan tidak serta merta dapat langsung diterima dengan tangan terbuka oleh masyarakat. Meskipun cukup banyak kasus pelecehan yang mengintai anak-anak.
Tantangan yang paling besar adalah terkait dengan budaya dan norma masyarakat yang masih memandang tabu soal seksualitas, terutama ketika berkaitan dengan anak-anak. Banyak orang tua dan pendidik merasa ragu atau malah menolak untuk membicarakan topik ini, sehingga menghambat proses edukasi yang seharusnya dilakukan.
Meski begitu, Mariana percaya bahwa dengan berbicara secara terbuka, bisa menjadi solusi untuk mengatasi hal tersebut. Ia berusaha mendekati masyarakat dengan empati, memberikan penjelasan yang efektif, dan menjelaskan betapa pentingnya pendidikan seksual bagi kesehatan dan kesejahteraan anak-anak serta remaja.

Mariana Yunita dan Tenggara Youth Community
Mariana Yunita adalah salah satu pendiri dan anggota aktif di Tenggara Youth Community. Organisasi ini bertujuan untuk membantu dan mendorong perkembangan pemuda di wilayah Tenggara, Indonesia.
Salah satu tujuan utama Mariana dan Tenggara Youth Community adalah menciptakan lingkungan yang baik bagi pertumbuhan pribadi anggotanya. Untuk mencapai hal ini, mereka menyelenggarakan berbagai kegiatan seperti workshop, pelatihan, dan kompetisi inovasi. Kegiatan ini menarik minat banyak pemuda yang ingin belajar dan berkembang.
Komunitas ini juga sering bekerja sama dengan lembaga pendidikan, pemerintah, serta sektor swasta untuk mendapatkan fasilitas dan dukungan yang dibutuhkan.
Selain itu, media sosial digunakan sebagai alat untuk menyebarkan informasi tentang kegiatan mereka, sehingga bisa menjangkau lebih banyak orang dan mendapatkan dukungan dari masyarakat.
Penutup
Mariana Yunita Hendriyani Opat penerima Apresiasi SATU Indonesia Awards tahun 2020 karena dedikasinya menjadi contoh nyata betapa pentingnya peran seseorang dalam memperjuangkan hak kesehatan seksual anak di Indonesia. Dengan komitmen, pengetahuan, dan kemampuan berkomunikasi dengan anak-anak, dia berhasil menciptakan perubahan yang nyata dalam masyarakat.
Upaya yang ia lakukan bukan hanya dalam memberikan edukasi saja, tetapi juga dalam membangun kesadaran masyarakat akan pentingnya berdiskusi terbuka mengenai isu kesehatan seksual. Pengabdian yang ia berikan membantu membuka jalan bagi generasi muda agar lebih mampu menjaga hak kesehatan seksual mereka sendiri.
Salam
Sumber referensi:
- Anak Indonesia Belum Aman dari Kekerasan
- Kasus Pelecehan Seksual Anak
- Mariana YH Opat Pejuang Pendidikan Kesehatan Seksual
- Tenggara Youth Community
#APA2025-ODOP kesehatananak #inspirasi